Thursday, February 13, 2014

Talent Management

Dua hari lalu ada seseorang yang meneleponku. Seseorang tersebut bukan orang biasa, beliau adalah Manager HRD PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. Woww... Surprise banget.. Begini ceritanya...
Mengisi kekosongan hariku, aku coba untuk membaca buku, kebetulan adik kelasku punya buku bagus tentang SDM. Setelah dibaca, ada satu bab yang cukup menarik, yaitu talent management. Penasaran dengan istilah manajemen tersebut aku tanya aja sama Bapak Josef Bataona melalui twitter. 
Woww... "manager HRD Indofood mau nelepon gw?? serius nih..." seneng banget rasanya. Akhirnya kami bertukar nomor telepon. Kemudian esok harinya beliau menelepon. Percakapan kami berlangsung sekitar 12 menit, lumayan banget untuk seorang manager HRD mau meluangkan waktunya untuk mahasiswa yang baru beliau kenal. Hmm... low profile banget beliau. Sangat menginspirasi...
Tapi yang bakal di share bukan cuma cerita di atas aja, melainkan isi pembicaraan kami.
Buat anak TP khususnya Teknologi Kinerja, ga usah malu, ga usah kecil hati. Ladang pekerjaan kita itu banyak, bahkan bisa blusukan sampe ke ilmu manajemen. 

Talent management adalah pendekatan dalam mengelola karyawan guna memenuhi kebutuhan kompetensi karyawan dalam jangka panjang. Apa sih maksudnya? Talent management atau yang diartikan secara harfiah manajemen bakat ini dilakukan dengan cara membedakan "jabatan kunci" dengan jabatan lainnya. Apa tuh jabatan kunci? Jabatan kunci yaitu jabatan yang memberikan nilai tinggi bagi perusahaan dan merupakan penggerak bisnis inti perusahaan dengan jabatan lainnya.

Nah selain jabatan kunci, ada juga yang disebut karyawan kunci. Apalagi tuh karyawan kunci? Karyawan kunci atau karyawan bintang atau bibit unggul (kata Pak Josef) adalah karyawan yang berkinerja dan memiliki kompetensi yang tinggi. Karyawan kunci dipriotaskan untuk menduduki jabatan kunci sehingga mendapatkan tantangan, pengembangan, dan kesempatan untuk menunjukkan kinerjanya sekaligus menerima pendapatan dan fasilitas dari perusahaan relatif lebih tinggi dibandingkan karyawan umumnya. Karyawan kunci ini diharapkan menjadi pimpinan perusahaan di masa depan.

Dalam percakapan dengan Pak Josef, beliau menjelaskan bahwa fokus perusahaan dalam manajemen talenta adalah untuk memoles mereka (bibit unggul), melihat seberapa jauh mereka dapat meningkatkan kinerjanya dari tingkat ke tingkat. Beliau juga menjelaskan beberapa tahapan dalam manajemen talenta. Diawali dengan performance management yang bertujuan untuk melihat prestasi karyawan dari waktu ke waktu. Kemudian, talent review yaitu kegiatan yang dilakukan oleh para senior people dari tiap departemen dengan manager HRD untuk duduk bersama mengamati "raport" atau performance appraisal tiap karyawan. Dari kegiatan tersebut terciptalah sebuah wadah yang disebut dengan talent pool. Wadah yang berisi para bibit-bibit unggul pilihan yang nantinya akan diberikan perlakuan khusus seperti training, development, monitoring, coaching, pendidikan formal yang dibiayai oleh perusahaan, dll.

Manfaat dari diterapkannya talent management ini tentu untuk kedua belah pihak, bukan hanya perusahaan saja tetapi juga karyawan itu sendiri. Manfaat bagi perusahaan sudah pasti adalah keuntungan, apabila SDM mereka berkualitas maka akan berpengaruh terhadap apa yang mereka "jual" baik produk maupun jasa. Sedangkan bagi karyawan bintang itu sendiri misalnya kenaikan gaji atau bonus yang akan bertambah seiring dengan meningkatnya kinerja mereka, pengalaman yang di dapat ketika pendidikan, dan promosi guna kenaikan kariernya di perusahaan.

Singkatnya, talent management merupakan upaya untuk mengoptimalkan kontribusi karyawan, mengapresiasi prestasi karyawan melalui jenjang karier sekaligus memenuhi kebutuhan organisasi.

Segini dulu ya share tentang talent management nya......

Tuesday, February 11, 2014

Pagi Ini

Terinspirasi dari seorang teman dekat yang memanfaatkan blognya, aku jadi ingin mencoba menulis apa yang bisa dituliskan dalam blog ini.

Pagi ini sudah masuk minggu kedua di bulan kedua tahun 2014, tapi aku.. masih saja seperti yang kemarin. Tak ada yang berubah menurutku. Aku masih disibukkan dengan "kebingunganku" tentang penelitian dan kegiatan terkait akademikku.
Ada seseorang terdekatku bilang, "kamu ga bisa bersyukur, ngeluh mulu, masih mending bisa kuliah daripada orang lain yang ga bisa kuliah.." dan blablabla.... Dalam hatiku bicara, bukan aku tak bersyukur tapi keadaan seperti ini sudah terlalu lama dan membuatku penat. Aku merasa jauh tertinggal dari orang lain, dari sahabat-sahabatku yang kini tinggal menunggu waktu wisudanya. Apa itu tidak wajar? Apa tidak wajar kalau aku "iri" dengan keberhasilan mereka? Aku iri kenapa aku masih seperti ini saja. Tidakkah kamu mengerti? ucapku untuk orang terdekatku itu.

Pagi ini kukatakan pada hatiku, "Bersabarlah hati, kelak kau akan dapatkan yang terbaik dari Tuhan mu yang paling mengerti dirimu. Lakukanlah yang terbaik yang bisa kau lakukan. Mulailah di pagi ini.. "






Mencoba Menulis Lagi

Selamat Datang!
Kupikir itu kalimat pertama ketika kubuka blog ini lagi. Setelah sekian lama tak ditengok.
Hai Blog! kini aku kembali dan mencoba menulis lagi. 



Sunday, April 7, 2013

Penelitian Meta-Analisis


A.     Pendahuluan
            Meta-analisis merupakan metode yang paling concern pada pendekatan kuantitatif. Meta analisis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai studi, melainkan fokus pada data, seperti melakukan operasi pada variabel- variabel, besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk mensintesis literatur riset, meta-analysis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang serupa seperti ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan empiris ini merupakan keunggulan meta-analysis dibandingkan dengan metode tinjauan literatur lain.
           Meta-analisis memungkinkan adanya pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan memperhatikan ukuran sampel relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat jangkauan analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga menyediakan jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik dalam penemuan-penemuan beragam studi serupa.

B.     Pengertian Meta-Analisis
            Meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup banyak serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-maksud lainnya (Glass, 1981).  Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode  statistik dari beberapa hasil penelitian untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.
            Soekamto (1988) mengatakan bahwa sifat meta analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis statistik untuk memperoleh seri informasi yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Borg (1983) meta analisis merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti menemukan kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil penelitian.
            Saat ini meta-analisis paling banyak digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat. Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat statistika yang digunakan, karena bisa lebih mengancam pada studi observasional dibanding pada uji klinis.
            Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Effect size, yakni perbedaan kejadian efek antara kelompok  eksperimental dan kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik statistika tertentu. Karena pada umumnya pembuat meta-analisis tidak memiliki data dasar penelitian, maka praktis dimensi effect size yang digabungkan dalam meta-analisis sama dengan yang dilaporkan dalam artikel yang digabungkan. Skala variabel efek pada meta-analisis dalam literatur kedokteran dapat berskala nominal, numerik, atau ordinal.
Gambar 1. Diagram Venn memperlihatkan hubungan antara tinjauan pustaka, review sistematik, dan meta-analisis.
            Dalam sumber lain mengatakan, Meta-analisis adalah teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari nilai efek size (Barbora 2009; Sutrisno, Hery, Kartono 2007). Efek size dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan rata-rata kelas kontrol, kemudian dibagi dengan standar deviasi kelas kontrol. Data-data penting yang dicatat dari hasil peneltian yang dirangkum diantaranya :
  • Variabel bebas dan variable terikat beserta definisi konseptual dan definisi operasionalnya,
  • Variabel metodolgi, missal: jenis penelitian, cara pengambilan sample, statistic yang digunakan dalam analisis, jenis instrumen dan karaktristiknya.

Gambar 2. Rumus Effect size

C.   Tujuan Meta-analisis
            Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis lainnya, yaitu:
  • Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel
  • Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
  • Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.

D.  Jenis-jenis Meta-Analisis
            Saat ini meta-analisis mulai berkembang, terutama setelah dikenalkan oleh Glass pada tahun 1976.
  • Analysis of Moderator Effects

Berikut ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects :
Ø  Graphing – OLS regression
Ø  Q Stastistics (chi-square test) – WLS regression
Ø  Variance analysis – Partition test
Ø  Outlier test
  •  Mediator Assessment Methods

Merupakan teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu
Ø  Mengkombinasi dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
Ø  Studi koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size.

  •  Meta-analisis Kumulatif

Salah satu bentuk meta-analisis yang relatif baru adalah apa yang disebut meta-analisis kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis tidak dinyatakan dalam simpulan akhir, namun dibiarkan `terbuka', menunggu evidence lain dari penelitian serupa yang memenuhi kriteria. Data baru tersebut dimasukkan ke dalam metaanalisis, dan dihitung rasio odds-nya; demikian seterusnya setiap kali ada publikasi terbaru dan memenuhi kriteria pemilihan, data yang tersedia dimasukkan ke dalam meta-analisis. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk studi meta-analisis terhadap suatu topik yang tidak banyak dilaporkan dalam literatur.

E.   Metode
            Penelitian meta analisis ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder berupa data-data dari hasil penelitian sebelumnya  Dengan demikian penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian yang bersifat ex post facto yang berbentuk survey dan analisis kepustakaan terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan.

            Tahapan dalam mengerjakan meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Kartono 2007) :
  1.  Menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum.
  2.  Memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan.
  3.  Mengumpulkan hasil penelitian atau literatur.
  4.  Mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian.
  5.  Menghiting efek size per sumber atau penelitian.
  6.     Menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan.
            Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan meta analisis:
  1. Glass (1981) = fokus pada deteksi dari moderator variabel.
  2. Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least squares
  3. Rosenthal dan Rubin (1991) = sama seperti Hedges-Olkin, bedanya hanya pada test signifikansi untuk mengkombinasikan effect size
  4. Hunter dan Schmidt (1990) = bedanya dengan yang lain adalah metode ini berusaha mengkoreksi error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan effect study antar studi.

            Teknik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena teknik ini dianggap oleh para peneliti sebagai teknik yang  paling lengkap, karena selain dapat dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter Schimidt dapat juga dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat error of measurement, maupun man made error (artifact) yang lain.

            Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian, terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan penelitian (Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya ada 11 artefak yaitu:
  1. Kesalahan pengambilan sampel
  2. Kesalahan pengukuran pada variabel dependen
  3. Kesalahan pengukuran pada variabel independent
  4. Dikotomi variabel dependen
  5. Dikotomi variabel independent
  6. Variasi rentangan dalam variabel independent
  7. Artefak atrisi
  8. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel dependen
  9. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel independen
  10. Kesalahan pelaporan atau transkripsi
  11. Varians yang disebabkan oleh faktor luar.
            Hunter, J.E., & Schmidt, F.L.(1990 ) mengemukakan langkah-langkah/metode analisis korelasi meta-analisis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Transformasi harga F ke dalam t, d, dan r
b. Bare Bone Meta Analysis: Koreksi Kesalahan sampel
1)      Menghitung mean korelasi populasi
2)      Menghitung varians rxy 
3)      Menghitung varians kesalahan pengambilan sampel
4)      Dampak pengambilan sampel

c. Artefak yang lain: Koreksi Kesalahan Pengukuran
1)      Menghitung mean gabungan
2)      Menghitung korelasi populasi yang dikoreksi oleh kesalahan pengukuran
3)      Interval kepercayaan
4)      Dampak variasi reliabilitas

E.   Kesimpulan
v  Meta-analisis adalah teknik statistika yang dimaksudkan untuk menggabungkan dua atau lebih penelitian orisinil yang dapat digabungkan. Meta-analisis dapat dipandang sebagai bagian dari review article yang dilakukan secara sistematis (disebut systematic review) yang menggunakan analisis stat istika formal.
v  Meta-analisis dipandang sebagai penelitian tersendiri, dan digolongkan dalam penelitian observasional retrospektif. Subyek penelitian pada meta-analisis adalah laporan penelitian orisinal, baik yang sudah dipublikasi maupun yang belum (tidak) dipublikasi.
v  Penyusunan meta-analisis harus diawali dengan usulan penelitian yang menyebut tujuan hipotesis, serta kriteria inklusi & eksklusi studi yang hendak dilakukan meta-analisis. Penelusuran subyek harus dilakukan dengan bantuan komputer, namun harus pula dilengkapi dengan handsearching.
v  Salah satu keuntungan meta-analisis adalah diperoleh 'studi baru' dengan jumlah subyek yang besar sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih definitif. Kelemahannya terletak pada masalah teknis yakni penggunaan statistika yang tepat untuk penggabungan data.


Sumber :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/meta_analisis.pdf diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 12.30 wib
http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/02/15/meta-analisis/ diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 13.10 wib
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/15/konsep-meta-analysis/ diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 13.20 wib



Tuesday, October 30, 2012

Textbook Development


Bahan ajar merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Apabila tidak menggunakan bahan ajar, kemungkinan guru akan kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Bahan ajar yang sering digunakan oleh guru yaitu buku teks.

Buku teks pelajaran meliputi buku teks utama dan buku teks pelengkap. Buku teks utama berisi bahan-bahan pelajaran suatu bidang studi yang digunakan sebagai buku pokok bagi siswa dan guru, sedangkan buku teks pelengkap adalah buku yang sifatnya membantu atau merupakan tambahan bagi buku teks utama dan digunakan oleh guru dan siswa. Dari sisi formal, buku teks pelajaran diterbitkan oleh penerbit tertentu dan memiliki ISBN (International Standard Book Number).

Pengertian buku teks telah banyak dikemukakan para ahli, Tarigan dan Tarigan (1993: 11-13) menyimpulkan:
  • buku teks merupakan  buku pelajaran yang ditujukan  bagi siswa pada jenjang pendidian tertentu; 
  • buku teks berkaitan dengan  bidang studi tertentu; 
  • buku teks menampilkan  buku yang standar     
  • buku teks biasanya disusun dan ditulis oleh para pakar; 
  • buku teks ditulis untuk tujuan pembelajaran tertentu;
  • buku teks biasanya juga dilengkapi  dengan sarana pembelajaran; dan 
  • buku teks ditulis untuk menunjang sesuatu program pembelajaran.

Menurut Kamaruddin (1999:1), bahan ajar bukan sekadar alat bagi guru untuk mengajar siswa. Namun, yang lebih penting ialah buku  sebagai sumber yang digunakan siswa agar ia belajar. Bahan ajar pada umumnya dikemas  ke dalam buku ajar atau buku teks. Buku teks hendaknya terpaut dengan  kurikulum yang dioperasikan pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Buku teks yang digunakan seyogianya mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Setiap buku teks pelajaran diharapkan memenuhi standar-standar tertentu. Standar yang dimaksud meliputi persyaratan, karakteristik, dan kompetensi minimum yang harus terkandung di dalam suatu buku pelajaran. Standar penilaian dirumuskan dengan melihat tiga aspek utama, yaitu isi atau materi, bahasa/keterbacaan, dan penyajian.

a. Kelayakan isi :
  • Kesesuaian uraian materi dengan standar kompetensi (SK)  dan kompetensi dasar (KD),  meliputi butir: keluasan materi, kedalaman materi, dan pemilihan tema.
  • Keakuratan materi, meliputi butir: ketepatan konsep, keotentikan materi, dan ketepatan prosedur.
  • Materi pendukung, meliputi butir: kesesuaian dengan perkembangan ilmu; kemutakhiran wacana; keingintahuan dan giat untuk belajar; keberagaman sosial dan budaya; ketersajian lingkungan; kecakapan hidup; dan kecintaan terhadap bahasa Indonesia.
b. Kelayakan bahasa :
  • Kesesuaian dengan tingkat perkembangan peserta didik, meliputi butir: kesesuaian dengan tingkat perkembangan berpikir peserta didik, dan  kesesuaian dengan tingkat perkembangan sosial-emosional peserta didik.
  • Komunikatif, meliputi butir: keterpahaman pesan, ketepatan tata bahasa dan ejaan, dan kebakuan istilah dan simbol.
  • Keruntutan dan kesatuan gagasan,meliputi butir: keutuhan makna dalam bab, keutuhan makna dalam subbab, keutuhan makna dalam paragraph, keterpautan antarbab dalam satu buku, keterpautan antara  bab dan subbab, antarsubbab dalam satu bab, kebertautan antara paragraf dalam subbab, dan kebertautan antarkalimat dalam satu paragraf.
c. Kelayakan penyajian :
  • Teknik penyajian, meliputi butir: kekonsistenan sistematika, kesinambungan antarbab, keruntutan konsep, dan  kesesuaian/ketepatan ilustrasi dengan materi dalam bab. 
  • Penyajian pembelajaran, meliputi butir: berpusat pada peserta didik; ketersuguhan metakognisi peserta didik; ketersuguhan  peserta didik  untuk berpikir  kritis, kreatif, dan inovatif termasuk melalui metode inkuiri/eksperimen; metode pembelajaran tematis; dan  variasi pengajaran.  
  • Kelengkapan penyajian, meliputi butir: pengantar, pendahuluan, daftar isi, glosarium, daftar pustaka, daftar indeks subjek dan orang, identitas tabel dan gambar, rangkuman dan refleksi, dan evaluasi.

Salah satu usaha untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah  menulis bahan ajar dan buku teks pelajaran. Buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.  Guru mesti selektif dalam memilih buku yang layak dan berkualitas.  Untuk memacu kreativitas guru, dimungkinkan pula untuk menulis buku teks pelajaran. Penulisan buku teks pelajaran  harus mengacu pada rambu penilaian  yang telah ditetapkan oleh Pusat Perbukuan (Pusbuk) dan Badan Standar Nasional Pendidikan.

Referensi:

Monday, October 29, 2012

Industri Buku Indonesia di Era Digital


Buku merupakan kumpulan lembaran kertas yang tersusun menjadi satu, berisi informasi tercetak dan tersusun sistematis dan dilindungi dengan cover. Buku biasanya memiliki minimal 48 halaman. Pada hakikatnya, buku menyimpan peranan yang begitu besar bagi masyarakat dalam menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan diri.
 
Di era digital seperti saat ini, buku memang bukan lagi satu-satunya sumber informasi. Dengan berkembangnya internet, daya tarik buku yang dahulu tinggi menjadi menurun dikarenakan banyak orang lebih memilih untuk melakukan browsing dibandingkan membeli dan membaca buku.

Industri buku di Indonesia kembali hangat diperbincangkan. Kondisi ini seiring dengan peringatan hari buku nasional yang jatuh pada 23 Mei 2011. Disinyalir perkembangan daya baca dan daya beli masyarakat Indonesia terhadap buku masih (tetap) saja rendah. Sehingga  “rendahnya minat baca” dan “mahalnya harga buku” sering disebut-sebut sebagai penyebab utama mengapa industri dan tata niaga buku di Indonesia belum juga bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.

Ada dua pendapat yang berbeda mengenai persoalan rendahnya minat baca masyarakat. Pendapat pertama menegaskan, harga buku yang mahal untuk sebagian besar masyarakat (dibandingkan dengan rata-rata pendapatan penduduk) merupakan penyebab utama rendahnya permintaan terhadap buku. Pendapat yang kedua menyatakan, minat baca masyarakat yang masih rendahlah yang menjadi penyebabnya dan hal itu tidak bisa dipisahkan dari kenyataan bahwa buku belum menjadi salah satu kebutuhan masyarakat kita.   

Kondisi itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2003 mensinyalir penduduk Indonesia berumur di atas 15 tahun yang membaca koran pada minggu hanya 55,11%. Sedangkan yang membaca majalah atau tabloid hanya 29,22%, buku cerita 16,72%, buku pelajaran sekolah 44,28% dan yang membaca ilmu pengetahuan lainnya hanya 21,07%.

Dengan merujuk pada kedua asumsi di atas, secara garis besar dapat disimpulkan eksistensi buku dalam anggaran belanja keluarga Indonesia belum termasuk kategori kebutuhan utama. Mengapa demikian? Beberapa kalangan menilai tipikal budaya membaca orang Indonesia sangat unik, banyak orang membaca sewaktu-waktu saja dan hanya sedikit  orang Indonesia yang benar-benar menjadikan media cetak, baik sebagai sarana memperoleh hiburan maupun untuk memperoleh informasi.

Memasuki era digital seperti sekarang, ternyata memang benar bahwa buku sudah jarang dilirik oleh masyarakat. Terutama masyarakat awam yang memang kurang suka untuk membaca. Selain itu, masih banyak faktor yang menggambarkan potret buram industri dan tata niaga buku di Indonesia. Kondisi itu disebabkan faktor konsumen buku, kebijakan pemerintah tentang perbukuan, distribusi buku yang belum merata, rendahnya produksi buku nasional, rendahnya minat baca, mahalnya harga buku, dan berkembangnya teknologi digital.

Hasil survei Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Jakarta 2011 menunjukkan hanya 15 persen penerbit meyakini ada keberpihakan pemerintah. Masyarakat memang mengapresiasi pembentukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dua tahun lalu, tetapi kehadirannya belum memberikan dampak langsung pada pertumbuhan industri buku. Padahal persentase nilai tambah ekonomi kreatif subsektor penerbitan dan percetakan menempati urutan tertinggi dibandingkan dengan 12 subsektor ekonomi kreatif lain, sebesar 17,5 persen.

Terkait dengan berkembangnya teknologi digital yang semakin mewabah, para pengamat perbukuan menilai, industri buku di Indonesia akan semakin tersisih. Prediksi itu didasarkan asumsi, generasi muda Indonesia lebih cenderung memilih website dalam berburu informasi dan hiburan ketimbang buku.

Pertimbangan lain, digital menawarkan produk yang murah dan mudah. Hanya tinggal mengklik tema tertentu, sesuatu yang dibutuhkan akan hadir dihadapan. Tidak perlu susah-susah mengunjungi toko buku, transaksi yang lama dan menghabiskan waktu.

Untuk menjawab tantangan tersebut, pelaku bisnis perbukuan di Indonesia setidaknya perlu melakukan terobosan dalam upaya memback up perubahan peradaban ini. Banyak cara yang bisa dilakukan, misalnya penerbit memanfaatkan teknologi digital untuk menghadirkan informasi buku, baik resensinya maupun harga jual serta pelayanan pesanan. Kemudahan lain yang dapat dikolaborasikan, penerbit memanfaatkan format buku digital (e-book) untuk pembacanya.

Disisi lain, budaya lisan  juga ikut mempengaruhi kolerasi budaya baca sehingga pada akhirnya mempengaruhi selera beli dan daya beli mereka. Belum lagi surut lompatan budaya lisan, lahirlah budaya audio-visual berupa televisi. Kehadiran televisi di tahun 1970-an serta merta  mendorong tradisi lisan ikut terkontaminasi. Hingga tahun 2010 saat ini terdapat 9.345 program televisi dan 11 jaringan televisi nasional serta 95 televisi lokal yang telah siaran (data Nielsen, Juni 2010). Kehadiran televisi dalam tataran industri buku, menjadi ancaman terselubung. Bagaimana tidak, perkembangan media visual yang terus melaju melahirkan banyak pilihan dalam hal informasi dan hiburan. Dampaknya, masyarakat pada umumnya menjatuhkan pilihan utama sebagai sarana rekreatif dan informatif pada televisi.

Pepatah tentang “buku gudangnya ilmu dan membaca adalah kuncinya”, seakan tak berarti di negeri ini. Meskipun Bank Dunia mengemukakan pertumbuhan kelas menengah Indonesia meningkat pesat selama tujuh tahun terakhir. Pada 2003, jumlah kelas menengah hanya 37,7 persen dari total populasi, sedangkan pada 2010 kelas menengah Indonesia mencapai 134 juta jiwa atau 56,5 persen (HU Pikiran Rakyat, 2/5/2011) ternyata tidak signifikan dengan peningkatan pembaca buku.

Masih minimnya pembaca buku masyarakat negeri ini, setidaknya jangan hanya diperdebatkan saja. Kita membutuhkan solusi alternatif dalam meningkatkan kegemaran membaca. Guru di sekolah, orang tua di rumah, dan penerbit serta pemangku kepentingan menjadi tumpuan harapan menjadi cikal bakal tradisi membaca semakin tumbuh. Era digital bukanlah alasan untuk menyisihkan buku dari hadapan kita, justru digital dapat dimanfaatkan sebagai pendukung tumbuhnya minat baca masyarakat. Oleh sebab itu, mulailah membudayakan tradisi membaca dengan 3S, di Sini, Sekarang, dan dari diri Sendiri!

Referensi:

Monday, October 15, 2012

Analisis 5 Macam Buku

Oleh Fidensius Nivo, Noor Raidah, dan Oktaviatun 

Buku merupakan kumpulan kertas yang berisi informasi tercetak dan tersusun secara sistematis serta dilindungi oleh cover dan memiliki jumlah minimal 48 halaman. Pada hakikatnya, buku menyimpan peranan yang begitu besar bagi masyarakat atau peserta didik pada khususnya dalam rangka menambah dan meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya.
Buku yang baik adalah buku yang dikemas secara lengkap dari segi isi dan menarik untuk dibaca dari segi cover atau pengemasannya. Buku secara umum, tidak begitu mudah untuk diciptakan dan dihasilkan oleh seorang penulis buku. Dari hal tersebutlah, banyak yang harus diperhatikan oleh seorang penulis buku untuk dapat menerbitkan satu buku saja. Maka dari itu, hendaknya dalam penyajian buku yang dibuat, seorang penulis harus mampu memahami kaidah penyusunan dan penulisan buku terlebih dalam hal penulisan buku teks pelajaran. Untuk itu, dalam artikel ini akan dilaporkan hasil dari analisis artikel dan wawancara mengenai tata cara penulisan buku.
Dari hasil analisis terhadap 5 judul artikel yang berbeda dan disertai dengan hasil wawancara dengan seorang dosen yang memiliki latar belakang menulis buku, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam halnya penulisan buku teks pelajaran, yaitu:
1.      Dari segi isi atau konten
Berdasarkan hasil analisis artikel dan wawancara, pada dasarnya pada penyusunan buku teks pelajaran, dari segi isi atau konten yang ada di dalam buku hendaknya :
  1. Memuat sekurang kurangya materi minimal yang harus dikuasai peserta didik/diklat
  2. Relevan dengan tujuan dan sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai
  3. Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan
  4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
  5. Sesuai dengan jenjang dan sasararan
  6. Isi dan bahan mengacu pengembangan konsep, prinsip, teori
  7. Tidak mengandung muatan politis maupun hal yang berbau sara
Sehingga dengan memperhatikan hal tersebut diatas, maka isi atau konten yang ada di dalam buku tersebut dapat berkenaan dengan topik yang sesuai dengan pengguna atau peserta didik pada khususnya.

2.      Dari segi bagian dalam buku
Pada dasarnya, berdasarkan hasil analisis dan wawancara dengan dosen tersebut diatas, bahwa bagian buku terdiri dari : bagian awal isi (cover), bagian isi, dan bagian akhir. Dimana nantinya buku teks pelajaran tersebut akan ditetapkan oleh BSNP.

3.      Dari segi bahasa
Kesimpulan selanjutnya yang di dapatkan dari hasil analisis 5 artikel dengan hasil wawancara dapat dikatakan bahwa dalam penyusunan buku teks pelajaran penulis menggunakan bahasa Indonesia yang baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan huruf yang standar, dan jika diperlukan dilengkapi dengan contoh dan gambar yang memperjelas materi.

4.      Dari segi langkah penyusunan
Dari segi langkah penyusunan penulisan buku teks pelajaran memuat langkah-langkah sebagai berikut.
a.     Menganalisis dan mengidentifikasi sasaran dan kebutuhan akan pembaca. Yang dilakukan pada tahap pertama ini terbagi atas dua tahap, yaitu pertama dimulai dengan mengidentidikasi sasaran dan yang kedua yakni identifikasi materi. Pada tahap pertama identifikasi ini dimulai dari identifikasi sasaran.
b.  Setelah mampu untuk menidentifikasi dan menemukan kebutuhan pembaca akan materi yang dibutuhkan, selanjutnya adalah dalam mencari sumber-sumber bacaan sebagai referensi penulisan buku. Bahan bacaan yang dapat dijadikan sebagai referensi penulisan buku dapat diambil dari beberapa sumber yang ada, baik itu yang didapatkan dalam bentuk buku, jurnal, maupun istilah yang di dapat di internet, dan sumber tersebut tentunya yang berasal dari sumber yang terpercaya dan dapat dibuktikan kebenarannya. Dalam kaitannya dengan penulisan buku, sumber atau referensi ini juga memiliki beberapa kriteria yang artinya adalah tidak sembarang buku dapat dijadikan sebagai sumber bacaan. Salah satu kriterianya misalkan buku ini harus sesuai dengan konten yang akan ditulis dalam buku, harus berasal dari para ahli atau tokoh yang berkecimpung di bidang tersebut yang berkaitan dengan topik yang ditulis dalam buku tersebut.
c.       Langkah selanjutnya adalah menyusun buku yang ditulis tersebut. Dalam tahap menyusun buku perlu diperhatikan mengenai tujuan dari penulisan buku. Hal tersebut perlu diperhatikan secara seksama dengan maksud agar bahasan di dalam buku yang ditulis dan diterbitkan tidak ngalor ngidul alias tidak jelas arahnya dan cenderung membuat pembacanya menjadi bingung serta tidak dapat mencerna apa yang dibacanya. Selain daripada itu, yang perlu diperhatikan kemudian adalah mengenai isi atau konten yang akan dibahas dalam buku harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan sasaran terkait. Dalam hal penulisan buku, bagian yang tak kalah penting peranannya adalah unsur metodologi atau sistematika penulisan buku yang juga berperan sangat penting dalam menyusun sebuah buku agar buku tertata dengan rapi, tidak berantakan tata letaknya dan secara kondisi nyaman dan enak untuk dibaca oleh pembaca. Karena bagaimanapun juga buku dengan sistematika penulisan baik dan rapi dapat dikategorikan sebagai buku yang baik untuk pembaca. Selanjutnya, yang menjadi tolak ukur dalam penyusunan buku adalah bahasa yang digunakan haruslah menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan ejaan yang telah disempurnakan (EYD) agar pembaca dapat memahami maksud dari tiap kata maupun kalimat sehingga pesan yang disampaikan diterima dengan baik. Dengan penggunaan EYD yang baik maka pembaca tidak perlu membuka kamus terlebih dahulu jika terdapat kata yang pembaca kurang mengerti. Artinya, penggunaan ejaan yang tepat sangat membantu pembaca dalam membaca isi atau konten yang ada dalam buku tersebut.
d.   Selanjutnya adalah penyajian isi, agar buku yang ditulis penulis dapat menarik perhatian pembaca maka perlu adanya penambahan tulisan yang menarik, disain yang menarik, kombinasi warna yang sesuai hingga perlu menyajikan soal-soal latihan dalam bentuk kemasan gambar atau ilustrasi. Dalam hal ini, ilustrasi juga memegang peranan yang penting dalam penyusunan sebuah buku, bila dirasa dibutuhkan untuk menambah gambar, tabel, bagan, ataupun diagram maka berikanlah gambar atau ilustrasi tersebut. Tentunya ilustrasi tidak boleh keluar dari materi yang sedang dibahas. Karena pada dasarnya ilustrasi ditujukan untuk memperjelas apa yang telah dijelaskan pada buku terkait dengan harapan pembaca dapat semakin memahami isi buku dengan melihat ilustrasi atau gambar yang disajikan dalam buku  tersebut. Karena bagaimanapun juga pada dasarnya tidak ada orang yang menyukai sepenuhnya textbook atau buku yang hanya sekedar memuat tulisan dan kalimat-kalimat saja di dalamnya.
e.     Faktor terakhir yang perlu diperhatikan dalam hal penulisan buku adalah faktor fisik. Faktor fisik buku disesuaikan dengan sasaran yang akan dituju, misalkan untuk anak Sekolah Dasar biasanya fisik buku akan berukuran besar dengan ukuran tulisan yang juga cukup besar agar lebih jelas terbaca sedangkan untuk kelas yang lebih tinggi lagi tingkat pendidikannya bisa menggunakan ukuran buku yang relatif sedang dengan tulisan yang tidak terlalu besar. Akan tetapi, bila ada yang tidak sesuai dari faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, maka akan dapat mencari alternatifnya, baik itu bisa berupa modifikasi, kompilasi, dan atau berupa susun baru.
f.     Hal terakhir yang perlu diperhatikan adalah sebelum buku dicetak, terlebih dahulu penulis memberikan “dami” kasar terlebih dahulu kepada pihak penerbit untuk dapat direvisi dan setelah revisi dilakukan maka tahap terakhir buku siap untuk dicetak dan diterbitkan.

5.      Dari segi teknik penyusunan buku
Kesimpulan terakhir yang didapat dari hasil analisis 5 artikel dan wawancara dengan dosen , disimpulkan bahwa teknik atau cara penulisan buku teks pelajaran bisa dilakukan dengan 5 cara yaitu:
a.       Menulis Sendiri (starting from scrtartz)
Teks buku ajar  ditulis sendiri berdasarkan pengalaman mengajar selama bertahun-tahun (original text / starting from research). Penyusun menuliskan ide-ide, pengalaman mandiri, dengan menggunakan bahasa ilmiah di bidang ilmu keahliannya.
b.      Pengemasan kembali informasi (repackaging)
Teks buku ajar disusun dengan mengemas kembali informasi-informasi yang telah berhasil dikumpulkan (information repackaging). Dalam teknik ini biasanya penulis banyak merujuk pendapat-pendapat dari berbagai tokoh disiplin ilmu yang relevan yang diambilnya dari berbagai sumber referensi / pustaka. Teknik ini sangat sering dilakukan oleh kebanyakan penulis.
c.       Penataan kembali informasi (compilation)
Teks buku ajar merupakan hasil penataan ulang atau rekonstruksi (Compilation text). Salah satu teknik yang digunakan dengan memfotokopi beberapa buku dan kemudian menatanya kembali tanpa mengalami perubahan dan diberi tabel identitas berkaitan dengan judul mata pelajaran, jenis / satuan pendidikan, kelas / semester kedudukan mahasiswa, kompetensi yang akan dicapainya, dan pokok-subpokok materi yang akan dibelajarkan.
d.      Penterjemahan (translation)
Teks buku ajar bukan hasil penulisan sendiri berdasarkan pengalamannya ataupun hasil pengemasan dan penataan ulang, melainkan hasil terjemahan (translation) suatu buku berbahasa asing kedalam bahasa indonesia.
e.       Persaduran
Penulisan teks dengan cara saduran (adaptation text) ini, penyadur tidak diperbolehkan mengganti nama pengarang ataupun kejadian-kejadian contoh yang ada didalam teks aslinya. Meski demikian, penyadur diperbolehkan untuk meresum beberapa uraian panjang pada nas aslinya dengan tanpa mengurangi makna yang terkandung didalamnya.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan buku teks pelajaran hendaknya penulis memperhatikan kaidah-kaidah penulisan buku dan mengikuti prosedur atau langkah – langkah yang tepat dalam menulis buku sehingga konten atau isi dari buku yang ditulisnya tersebut dapat sampai kepada peserta didik dan dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik.