Saturday, April 28, 2012

Bersyukurlah....


Bersyukurlah dalam setiap keadaan, karena nikmat Allah takkan pernah dapat kita hitung.

Di waktu sakit, Allah ingin menggugurkan dosa-dosa kita..

Di waktu sehat, Allah ingin kita banyak-banyak beribadah..

Di waktu miskin, Allah ingin melihat sejauh mana kita berusaha..

Di waktu kaya, Allah ingin kita dermawan untuk membantu orang-orang miskin..

Di waktu susah, Allah ingin kita jadi orang-orang yang sabar..

Di waktu senang, Allah ingin kita mengucap alhamdulillah..

Semoga bisa jadi renungan untuk kita bersama. :)

Sunday, April 22, 2012

Inovasi Metode Jigsaw Pada Mata Pelajaran Kimia di SMA Negeri 90 Jakarta


Nama Sekolah            : SMA Negeri 90 Jakarta
Alamat                        : Jalan Sabar, Petukangan Selatan, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.  
Kepala Sekolah          : Drs. Matalih, M. Si
Guru                           : Dra. Nurdiana
Mata pelajaran          : Kimia

 Metode  jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.
          Latar belakang penggunaan metode pembelajaran jigsaw pada mata pelajaran kimia diakui oleh Dra. Nurdiana selaku guru Kimia di SMAN 90 karena pada kelas X SMA, masih banyak anak murid yang ragu untuk memilih jurusan apa nanti nya yang akan mereka pilih, sehingga mereka jadi malas-malasan untuk belajar. Kimia sebagai mata pelajaran wajib di jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dianggap membosankan oleh beberapa anak yang memang tidak ingin melanjutkan ke IPA ketika kelas XI nantinya. Terkadang murid-murid yang tidak menyukai pelajaran Kimia cenderung mengganggu murid lain yang serius untuk belajar. Oleh sebab itu, ibu Nurdiana mencoba untuk menerapkan metode pembelajaran yang akan membuat suasana kelas ramai dan menyenangkan. Dipilihlah metode cooperative learning jigsaw sebagai formula untuk mengurangi kejenuhan murid saat belajar di kelas dan menciptakan suasana kelas yang menyenangkan.
     Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Setiap siswa yang ada di “kelompok awal” mengkhususkan diri pada satu bagian dari sebuah unit pembelajaran. Para siswa kemudian bertemu dengan anggota kelompok lain yang ditugaskan untuk mengerjakan bagian yang lain, dan setelah menguasai materi lainnya ini mereka akan pulang ke kelompok awal mereka dan menginformasikan materi tersebut ke anggota lainnya.
Semua siswa dalam “kelompok awal” telah membaca materi yang sama dan mereka bertemu serta mendiskusikannya untuk memastikan pemahaman. Mereka kemudian berpindah ke “kelompok jigsaw” – dimana anggotanya berasal dari kelompok lain yang telah membaca bagian tugas yang berbeda. Dalam kelompok-kelompok ini mereka berbagi pengetahuan dengan anggota kelompok lain dan mempelajari materi-materi yang baru.
Setelah menguasai materi baru ini, semua siswa pulang ke “kelompok awal” dan setiap anggota berbagi pengetahuan yang baru mereka pelajari dalam kelompok “jigsaw.” Seperti dalam “jigsaw puzzle” (teka-teki potongan gambar), setiap potongan gambar –analogi dari setiap bagian pengetahuan– adalah penting untuk penyelesaian dan pemahaman utuh dari hasil akhir.

Penjabaran berdasarkan Karakteristik Inovasi :

  1. Keunggulan relatif (relative advantage)
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise sosial, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Ø  Metode jigsaw dirasakan lebih baik atau unggul dibandingkan metode pembelajaran konservatif seperti ceramah, yang selama ini dilakukan oleh seorang guru di depan kelas. Selain itu, metode jigsaw juga lebih memiliki daya tarik bagi siswa karena mereka dilibatkan langsung dalam proses pembelajaran, tidak pasif hanya duduk dan mendengarkan saja. Keunggulan lainnya yaitu melalui metode jigsaw akan mempermudah guru dalam menyampaikan materi yang dikemas secara singkat dan jelas tanpa harus memaparkan panjang lebar materi di depan kelas, karena yang lebih banyak bertindak dalam proses pembelajaran adalah siswa.

  1. Kompatibilitas (compatibility)
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Ø  Metode jigsaw sudah sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menjelaskan bahwa salah satu fungsi pendidikan adalah ‘mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik……’ metode ini dirasa mampu membantu pembentukan watak peserta didik serta perkembangan potensi yang dimilikinya. Metode jigsaw dianggap sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, karena di SMAN 90 sangat mengedepankan active learning dalam proses pembelajaran.

  1. Kerumitan (complexity)
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Ø  Inovasi ini dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh para pengadopsi alias guru sebagai pendidik. Ini terbukti dengan tanggapan dari siswa dan guru yang sudah menerapkannya dalam proses pembelajaran di kelas. Siswa yang awalnya tidak menyukai pelajaran kimia, dengan menerapkan metode ini menjadi lebih tertarik dengan kimia dan tidak merasa jenuh lagi ketika mengikuti pelajaran kimia.

  1. Kemampuan diujicobakan (trialability)
Kemampuan untuk diujicobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam setting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Ø  Metode jigsaw sudah diujicobakan di kelas X SMAN 90 Jakarta dan terbukti cukup efektif dalam memecahkan masalah belajar, bagi guru yang sudah mempraktekkan metode ini merasa jigsaw telah memberikan solusi yang luar biasa dalam proses pembelajaran. Siswa juga merasakan kemudahan dalam menerima materi pelajaran kimia yang dianggap sulit menjadi lebih mudah untuk dipajami.

  1. Kemampuan diamati (observability)
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi.
Ø  Metode jigsaw dapat diamati secara langsung teknis prakteknya di kelas X pada ruang Kimia di SMAN 90 Jakarta.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

Penjabaran berdasarkan Proses Pengambilan Keputusan Inovasi :

1.     Tahap Pengetahuan (knowledge)
Sebagai seseorang guru, Dra. Nurdiana memiliki kedudukan sebagai opinion leader di dalam kelas, sebab inovasi ini merupakan inovasi pada level kelas, sehingga Beliau memiliki wewenang penuh terhadap siswanya. Beliau mulai memberikan informasi seputar metode jigsaw yang akan diterapkan ke dalam kelas yang diajar kepada calon adopter yaitu seluruh siswa asuhannya, sehingga calon adopter memiliki gambaran mengenai teknis pelaksanaan metode jigsaw.

2.     Tahap Persuasi (persuasion)
Pada tahap ini guru menghimbau para calon adopter (siswa) untuk mencoba menerapkan metode jigsaw selama proses pembelajaran berlangsung, serta menjelaskan manfaat yang akan diperoleh, sehingga akan membangun kesadaran dalam diri siswa untuk berperilaku sebagai active learner.
3.     Tahap Pengambilan Keputusan (Decision)
Pada tahap ini individu akan memutuskan untuk mengadopsi atau tidak suatu inovasi. Dalam hal ini inovasi yang didifusikan berasal dari orang yang memiliki wewenang penuh terhadap calon adopter yaitu guru, sehingga dapat dikatakan proses difusi inovasi yang berlangsung bersifat otoritas. Otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang (siswa) oleh individu yang berada dalam posisi atasan (guru). Maka seluruh siswa mau tidak mau harus mengadopsinya. Namun proses keputusan ini berlangsung secara bertahap.

4.      Tahap Pelaksanaan (implementation)
Pada tahapan ini siswa sebagai adopter mulai menerapkan metode jigsaw sesuai dengan teknik pelaksanaan atau prosedur yang telah dijelaskan oleh sang guru (pada tahap pengetahuan). Di awal pelaksanaan masih banyak miss komunikasi yang terjadi, misalnya ada siswa yang salah masuk kelompok atau masih ada siswa yang kebingungan mengenai metode pembelajaran ini. Namun secara keseluruhan proses pembelajaraan berjalan dengan baik.
5.        Tahap Konfirmasi (Confirmation)
Pada tahapan konfirmasi siswa sebagai adopter menyadari bahwa banyak manfaat yang didapat selama menerapkan metode jigsaw, diantaranya mereka menjadi lebih aktif selama di kelas, adanya unsur kompetitif yang memacu siswa untuk lebih unggul dari yang lainnya. Oleh sebab itu mereka memutuskan untuk menggunakan metode jigsaw selama pembelajaran kimia, pada khususnya ketika sebelum melakukan praktikum.
Kesimpulan :
Jigsaw adalah teknik pembelajaran aktif yang biasa digunakan karena teknik ini mempertahankan tingkat tanggung jawab pribadi yang tinggi. Metode jigsaw merupakan metode pembelajaran berkelompok yang dituntut kekompakannya agar dapat bersaing dengan kelompok lain dan menunjukkan keunggulan dalam diri tiap individu. Metode ini sangat baik untuk diterapkan karena akan membangun rasa kemandirian, disiplin, dan kepercayaan diri pada siswa. Dengan dijabarkannya karakteristik inovasi dan tahap keputusan inovasi, metode jigsaw dapat dikatakan sebagai inovasi dalam proses pembelajaran di SMA Negeri 90 Jakarta.  
Referensi :