A. Pendahuluan
Meta-analisis merupakan metode yang paling
concern pada pendekatan kuantitatif. Meta
analisis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai studi,
melainkan fokus pada data, seperti melakukan operasi pada variabel- variabel,
besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk mensintesis literatur riset,
meta-analysis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang serupa
seperti ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan
empiris ini merupakan keunggulan meta-analysis dibandingkan dengan metode
tinjauan literatur lain.
Meta-analisis memungkinkan adanya
pengkombinasian hasil-hasil yang beragam dan memperhatikan ukuran sampel
relatif dan ukuran efek. Hasil dari tinjauan ini akurat mengingat jangkauan
analisis ini yang sangat luas dan analisis yang terpusat. Meta-analysis juga
menyediakan jawaban terhadap masalah yang diperdebatkan karena adanya konflik
dalam penemuan-penemuan beragam studi serupa.
B. Pengertian Meta-Analisis
Meta analisis merupakan analisis
kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup banyak serta menerapkan
metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan sejumlah
informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi
maksud-maksud lainnya (Glass, 1981).
Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian
kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian
untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang
diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya. Salah
satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian
terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis.
Soekamto (1988) mengatakan bahwa
sifat meta analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis statistik
untuk memperoleh seri informasi yang berasal dari sejumlah data dari
penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Borg (1983) meta analisis merupakan
teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti menemukan kekonsistenan
atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil penelitian.
Saat ini meta-analisis paling banyak
digunakan untuk uji klinis. Hal ini dapat dimengerti, karena uji klinis
desainnya lebih baku dan memberikan bukti hubungan kausal yang paling kuat.
Meta-analisis juga dapat dilakukan terhadap berbagai studi observasional, namun
akan mengundang lebih banyak masalah baik dalam metodologi maupun perangkat
statistika yang digunakan, karena bisa lebih mengancam pada studi observasional
dibanding pada uji klinis.
Dilihat dari prosesnya,
meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam arti
peneliti membuat rekapitulasi fakta tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Effect size, yakni perbedaan kejadian
efek antara kelompok eksperimental dan
kelompok kontrol dalam meta-analisis merupakan gabungan effect size masing-masing studi yang dilakukan dengan teknik
statistika tertentu. Karena pada umumnya pembuat meta-analisis tidak memiliki
data dasar penelitian, maka praktis dimensi effect
size yang digabungkan dalam meta-analisis sama dengan yang dilaporkan dalam
artikel yang digabungkan. Skala variabel efek pada meta-analisis dalam
literatur kedokteran dapat berskala nominal, numerik, atau ordinal.
Gambar
1. Diagram Venn memperlihatkan hubungan antara tinjauan pustaka, review
sistematik, dan meta-analisis.
Dalam sumber lain mengatakan, Meta-analisis adalah teknik yang
digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan
cara mencari nilai efek size (Barbora 2009; Sutrisno, Hery, Kartono 2007). Efek
size dicari dengan cara mencari selisih rata-rata kelas eksperimen dengan
rata-rata kelas kontrol, kemudian dibagi dengan standar deviasi kelas kontrol. Data-data
penting yang dicatat dari hasil peneltian yang dirangkum diantaranya :
- Variabel bebas dan variable terikat beserta definisi konseptual dan definisi operasionalnya,
- Variabel metodolgi, missal: jenis penelitian, cara pengambilan sample, statistic yang digunakan dalam analisis, jenis instrumen dan karaktristiknya.
Gambar
2. Rumus Effect size
C. Tujuan Meta-analisis
Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan
jenis penelitian klinis lainnya, yaitu:
- Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel
- Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan)
- Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan.
D. Jenis-jenis Meta-Analisis
Saat ini meta-analisis mulai
berkembang, terutama setelah dikenalkan oleh Glass pada tahun 1976.
- Analysis of Moderator Effects
Berikut
ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects :
Ø
Graphing – OLS regression
Ø
Q Stastistics (chi-square
test) – WLS regression
Ø
Variance analysis –
Partition test
Ø
Outlier test
- Mediator Assessment Methods
Merupakan
teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk
meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari
populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada
dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu
Ø
Mengkombinasi dan
menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis
Ø
Studi koefisien secara
langsung dari kepentingan sebagai effect size.
- Meta-analisis Kumulatif
Salah satu bentuk
meta-analisis yang relatif baru adalah apa yang disebut meta-analisis
kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis tidak dinyatakan dalam simpulan akhir, namun
dibiarkan `terbuka', menunggu evidence lain dari penelitian serupa yang
memenuhi kriteria. Data baru tersebut dimasukkan ke dalam metaanalisis, dan
dihitung rasio odds-nya; demikian seterusnya setiap kali ada publikasi terbaru
dan memenuhi kriteria pemilihan, data yang tersedia dimasukkan ke dalam
meta-analisis. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk studi meta-analisis
terhadap suatu topik yang tidak banyak dilaporkan dalam literatur.
E. Metode
Penelitian meta analisis ini merupakan penelitian yang
menggunakan data sekunder berupa data-data dari hasil penelitian
sebelumnya Dengan demikian penelitian
ini dapat disebut sebagai penelitian yang bersifat ex post facto yang berbentuk
survey dan analisis kepustakaan terhadap penelitian-penelitian yang telah
dilakukan.
Tahapan dalam mengerjakan
meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Kartono 2007) :
- Menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum.
- Memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan.
- Mengumpulkan hasil penelitian atau literatur.
- Mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian.
- Menghiting efek size per sumber atau penelitian.
- Menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan
meta analisis:
- Glass (1981) = fokus pada deteksi dari moderator variabel.
- Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least squares
- Rosenthal dan Rubin (1991) = sama seperti Hedges-Olkin, bedanya hanya pada test signifikansi untuk mengkombinasikan effect size
- Hunter dan Schmidt (1990) = bedanya dengan yang lain adalah metode ini berusaha mengkoreksi error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan effect study antar studi.
Teknik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena
teknik ini dianggap oleh para peneliti sebagai teknik yang paling lengkap, karena selain dapat
dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter Schimidt dapat juga
dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat error of measurement,
maupun man made error (artifact) yang lain.
Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian,
terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan
penelitian (Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya
ada 11 artefak yaitu:
- Kesalahan pengambilan sampel
- Kesalahan pengukuran pada variabel dependen
- Kesalahan pengukuran pada variabel independent
- Dikotomi variabel dependen
- Dikotomi variabel independent
- Variasi rentangan dalam variabel independent
- Artefak atrisi
- Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel dependen
- Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel independen
- Kesalahan pelaporan atau transkripsi
- Varians yang disebabkan oleh faktor luar.
Hunter, J.E., & Schmidt, F.L.(1990 ) mengemukakan
langkah-langkah/metode analisis korelasi meta-analisis dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Transformasi
harga F ke dalam t, d, dan r
b. Bare
Bone Meta Analysis: Koreksi Kesalahan sampel
1) Menghitung mean korelasi populasi
2) Menghitung varians rxy
3) Menghitung varians kesalahan pengambilan sampel
4) Dampak pengambilan sampel
c. Artefak yang lain: Koreksi Kesalahan Pengukuran
1)
Menghitung mean gabungan
2)
Menghitung korelasi
populasi yang dikoreksi oleh kesalahan pengukuran
3)
Interval kepercayaan
4)
Dampak variasi reliabilitas
E. Kesimpulan
v Meta-analisis dipandang sebagai penelitian tersendiri, dan digolongkan dalam penelitian observasional retrospektif. Subyek penelitian pada meta-analisis adalah laporan penelitian orisinal, baik yang sudah dipublikasi maupun yang belum (tidak) dipublikasi.
v Penyusunan meta-analisis harus diawali dengan usulan penelitian yang menyebut tujuan hipotesis, serta kriteria inklusi & eksklusi studi yang hendak dilakukan meta-analisis. Penelusuran subyek harus dilakukan dengan bantuan komputer, namun harus pula dilengkapi dengan handsearching.
v Salah satu keuntungan meta-analisis adalah diperoleh 'studi baru' dengan jumlah subyek yang besar sehingga dapat ditarik kesimpulan yang lebih definitif. Kelemahannya terletak pada masalah teknis yakni penggunaan statistika yang tepat untuk penggabungan data.
Sumber :
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/meta_analisis.pdf
diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 12.30 wib
http://cobaberbagi.wordpress.com/2010/02/15/meta-analisis/
diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 13.10 wib
http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/15/konsep-meta-analysis/
diunduh pada hari Minggu, 7 April 2013 pukul 13.20 wib
No comments:
Post a Comment